Sampah yang Rindu Rumahnya

Ilustrasi sampah plastik menumpuk (shutterstock)
Sadarkah kamu, aku dan kita semua sudah terlalu banyak menghasilkan sampah plastik? Sudah seberapa banyak sampah plastik yang kita hasilkan? Sudah seberapa sering kita menggunakan plastik, bahkan hanya untuk hal-hal kecil yang seharusnya tidak perlu menggunakan plastik pun dengan egoisnya kita tetap menggunakannya, yang justru mengakibatkan semakin menumpuknya limbah plastik di seluruh dunia. Kemana semua sampah-sampah itu pergi? Apakah semuanya sudah benar-benar menghilang dari muka bumi?.
Plastik adalah senyawa organik yang terbuat dari atom karbon yang tersusun panjang layaknya rantai. Rantai yang panjang ini disebut dengan polimer dan monomer (unit terkecil dari polimer). Rantai karbon yang panjang inilah yang menyebabkan sulitnya mikroorganisme mengurai sampah plastik. Dengan memanfaatkan enzim, bakteri dapat menjadikannya sebagai alat pemotong dan menguraikan sesuatu. Namun, beda lagi kasusnya bila bakteri ini bertemu dengan plastik. Pasalnya, tidak ada satupun bakteri yang memiliki enzim pemotong yang sanggup memotong polimernya.
Kurangnya kesadaran manusia dalam membuang sampah merupakan masalah serius bagi semua makhluk hidup, manusia dengan seenaknya membuang limbah plastik ke sungai, hutan bahkan di laut, yang mengakibatkan tercemarnya hewan dan tumbuhan yang hidup dan tinggal di alamnya. Tak jarang, beberapa kali ditemukan paus atau binatang lainnya mati terdampar di tepi pantai dengan tubuh terlilit sampah plastik. Jika tsunami atau banjir pun bukan hanya air yang datang, semua sampah yang awalnya mereka buang dengan harapan sampah itu menghilang, justru menjadi boomerang bagi manusia itu sendiri. Sampah-sampah itu kembali, seakan rindu dan ingin bersilaturahmi dengan pemiliknya. Jika sudah begitu, masyarakat hanya akan menyalahkan pemerintah karena dinilai tidak becus dalam bekerja. Cerdas.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Jenna R. Jambeck dari University of Georgia, pada tahun 2010 ada 275 juta ton sampah plastik dihasilkan dari seluruh dunia. Sekitar 4,8-12,7 juta ton diantaranya terbuang dan mencemari laut, bagaimana tidak? Manusia hanya memikirkan dirinya sendiri tanpa memikirkan makhluk hidup lainnya, yang penting sampah itu hilang dari hadapannya, kemudian masalah selesai, pikirnya. Padahal tidak, sampah plastik yang bertebaran di laut akan terus terombang-ambing terbawa ombak, merusak ekosistem laut terutama trumbu karang, rumah bagi para ikan, kemudian menumpuk di dasar laut atau kembali lagi ke daratan lainnya, begitu seterusnya.
                Kalau kamu pikir dengan menguburnya, sampah-sampah itu akan hilang, kamu jelas sekali salah. Sampah plastik butuh waktu puluhan hingga ratusan tahun lamanya untuk terurai dalam tanah, karena seperti apa yang sudah dijelaskan di awal, tidak ada satupun bakteri yang mampu mengurai sampah plastik dengan cepat. Atau kamu berpikir lebih baik membakar semua sampah itu adalah solusi terbaik untuk menghilangkannya? Sekali lagi kamu salah. Asap yang dihasilkan dari sampah-sampah itu akan menjadi polusi udara, tentu saja kamu tahu bahwa polusi udara akan mempengaruhi kesehatanmu, bahkan menyebabkan efek rumah kaca (global warming) bagi bumi kita. Sampah- sampah itu terlalu cinta dengan pemiliknya, sampai tidak mau pergi. Solusi paling efektif mengurangi sampah plastik adalah dengan mengurangi ketergantungan kita terhadap pastik.  (Liii)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review Sunscreen Skin Aqua UV Moisture Gel SPF 30

Kandungan dan Manfaat Skin Aqua UV Moisture Gel