Sampah yang Rindu Rumahnya
Ilustrasi sampah plastik menumpuk (shutterstock) |
Plastik adalah
senyawa organik yang terbuat dari atom karbon yang tersusun panjang layaknya
rantai. Rantai yang panjang ini disebut dengan polimer dan monomer (unit
terkecil dari polimer). Rantai karbon yang panjang inilah yang menyebabkan
sulitnya mikroorganisme mengurai sampah plastik. Dengan memanfaatkan enzim,
bakteri dapat menjadikannya sebagai alat pemotong dan menguraikan sesuatu.
Namun, beda lagi kasusnya bila bakteri ini bertemu dengan plastik. Pasalnya,
tidak ada satupun bakteri yang memiliki enzim pemotong yang sanggup memotong
polimernya.
Kurangnya kesadaran
manusia dalam membuang sampah merupakan masalah serius bagi semua makhluk
hidup, manusia dengan seenaknya membuang limbah plastik ke sungai, hutan bahkan
di laut, yang mengakibatkan tercemarnya hewan dan tumbuhan yang hidup dan
tinggal di alamnya. Tak jarang, beberapa kali ditemukan paus atau binatang
lainnya mati terdampar di tepi pantai dengan tubuh terlilit sampah plastik. Jika
tsunami atau banjir pun bukan hanya air yang datang, semua sampah yang awalnya
mereka buang dengan harapan sampah itu menghilang, justru menjadi boomerang
bagi manusia itu sendiri. Sampah-sampah itu kembali, seakan rindu dan ingin
bersilaturahmi dengan pemiliknya. Jika sudah begitu, masyarakat hanya akan
menyalahkan pemerintah karena dinilai tidak becus dalam bekerja. Cerdas.
Berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh Jenna R. Jambeck dari University of Georgia,
pada tahun 2010 ada 275 juta ton sampah plastik dihasilkan dari seluruh dunia.
Sekitar 4,8-12,7 juta ton diantaranya terbuang dan mencemari laut, bagaimana
tidak? Manusia hanya memikirkan dirinya sendiri tanpa memikirkan makhluk hidup
lainnya, yang penting sampah itu hilang dari hadapannya, kemudian masalah
selesai, pikirnya. Padahal tidak, sampah plastik yang bertebaran di laut akan
terus terombang-ambing terbawa ombak, merusak ekosistem laut terutama trumbu
karang, rumah bagi para ikan, kemudian menumpuk di dasar laut atau kembali lagi
ke daratan lainnya, begitu seterusnya.
Kalau
kamu pikir dengan menguburnya, sampah-sampah itu akan hilang, kamu jelas sekali
salah. Sampah plastik butuh waktu puluhan hingga ratusan tahun lamanya untuk terurai dalam
tanah, karena seperti apa yang sudah dijelaskan di awal, tidak ada satupun bakteri
yang mampu mengurai sampah plastik dengan cepat. Atau kamu berpikir lebih baik
membakar semua sampah itu adalah solusi terbaik untuk menghilangkannya? Sekali lagi
kamu salah. Asap yang dihasilkan dari sampah-sampah itu akan menjadi polusi
udara, tentu saja kamu tahu bahwa polusi udara akan mempengaruhi kesehatanmu,
bahkan menyebabkan efek rumah kaca (global warming) bagi bumi kita. Sampah- sampah itu terlalu cinta dengan pemiliknya, sampai tidak mau pergi. Solusi paling
efektif mengurangi sampah plastik adalah dengan mengurangi ketergantungan kita
terhadap pastik. (Liii)
Komentar
Posting Komentar